Minggu, 04 Desember 2011

Refleksi Hari Guru 2011

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

Semua tentu sepakat apabila pendidikan menjadi salah satu kunci kemajuan dan keberlangsungan sebuah bangsa. Kontribusi dan peran pendidikan tetap menjadi salah satu faktor terpenting yang menjadikan sebuah bangsa tetap eksis. Sebab, melalui pendidikan akan lahir sumber daya manusia (SDM) handal dan berkualitas yang akan berperan dan berkiprah sebagai penggerak pembangunan bangsa.
Berbicara pendidikan, tentu tidak terlepas dari peran salah satu unsur pentingnya, yaitu guru. Guru memang bukan satu-satunya elemen penentu keberhasilan pendidikan. Namun, tidak berlebihan apabila dikatakan guru adalah kunci utama pendidikan. Guru menempati posisi penting dan sentral dalam pendidikan. Berhasil tidaknya pendidikan sangat ditentukan oleh guru. Ada tiga tugas penting yang harus diemban oleh seorang guru, yaitu mengajarkan ilmu, membentuk karakter yang mulia, serta menanam optimisme dan cita-cita positif.
Berbicara mengenai guru, ada banyak hal yang dapat diungkap, ada banyak sisi yang dapat disoroti. Mulai dari masalah kesejahteraan, distribusi, sampai dengan masalah kualitas. Dulu, keberadaan guru selalu penuh dengan ironi yang memprihatinkan, hidup pas-pasan dan terkadang harus terseok-seok menghidupi diri dan keluarganya. Ironi itu perlahan namun pasti mulai dipupus pemerintah lewat alokasi anggaran negara untuk sektor pendidikan termasuk program sertifikasi guru. Pada tataran perjuangan kesejahteraan, mungkin problem guru sedikit teratasi. Itu artinya bahwa sekarang menjadi guru bukan lagi pilihan yang dilematis melainkan sebuah pilihan yang prestisius. Jika dulu guru berjalan dalam kesunyian, kini guru berjalan dengan tubuh tegak berdiri. Memang tak cukup hanya ‘Hymne Guru’, tak cukup rasanya hanya penghargaan ‘batin’, maka penghargaan materi pun harus pula diperhatikan. Agar tak ada lagi cerita, guru jadi tukang ojek, guru merangkap jadi buruh, bahkan pemulung. Agar mereka dapat berkonsentrasi terhadap perkembangan anak didiknya, agar mereka dapat berkonsentrasi menyiapkan generasi baru bangsa ini.
Ketika kesejahteraan telah diupayakan dan kian disempurnakan, permasalahan guru tak berarti selesai. Kita masih perlu merefleksikan banyak hal tentang guru. Kita tidak lagi bicara soal gelapnya kesejahteraan guru karena matahari telah menampakkan sinarnya. Permasalahan guru saat ini tak hanya soal kesejahteran, tapi lebih dari itu. Bagaimana mencari guru yang sejati di negeri ini. Guru yang benar-benar menjadi ’guru’.
Dalam realitas, sekarang banyak guru kita yang hanya sekadar jadi guru. Guru dianggap hanya seperti buruh atau tukang. Bekerja, dapat upah. Proses mengajar dan mendidik dianggap seperti pembeli dengan kasir. Guru yang demikian, mengajar hanya berangkat dari ruang kosong, tidak lahir dari idealisme. Ia tidak menjadi guru yang memiliki semangat kerja tinggi, tidak mengarahkan seluruh kemampuan dan kekuatannya ke arah yang positif melalui pengajaran dan pendidikan sehingga anak didik mengalami perubahan dan pencerahan. Guru sejati adalah sumber inspirasi anak didik. Patut kiranya kita merenung kembali hakikat menjadi seorang guru. Guru akan dikenang dan dihormati apabila kehadirannya bermanfaat bagi orang lain dan tingkah laku serta ajarannya memiliki pengaruh/kekuatan pendorong yang besar terhadap anak didik dan masyarakat. Terlebih di tengah arus perubahan zaman yang kian deras.
Perubahan zaman menuntut guru untuk terus meningkatkan kompetensi diri. Guru tak bisa lagi berpangku tangan bila tak ingin tergerus zaman. Selain berupaya melakukan peningkatan penguasaan ilmu, seorang guru juga harus memiliki kecintaan terhadap profesinya. Guru juga harus peka terhadap kebutuhan pendidikan saat ini. Guru harus memiliki jiwa pembaharu mengingat guru merupakan agen perubahan ke arah yang lebih baik. Guru harus berupaya untuk menunjukkan etos dan totalitas dalam mengajar dan mendidik.
Pendidikan yang baik hanya dapat terwujud di tangan guru-guru yang berkualitas, kreatif, berdedikasi dan berintegritas tinggi. Menjadi guru ala kadarnya, akan menghasilkan kemampuan anak didik ala kadarnya pula. Sesungguhnya, pesaing utama seorang guru bukanlah guru lain di sekitarnya, tetapi perubahan zaman. Oleh karena itu, guru yang luar biasa adalah guru yang selalu belajar dan terus belajar.
Selamat HARI GURU.

0 komentar:

Posting Komentar